Jayapura, Malanesianews,- Di Tanah Papua, kebiasaan makan pinang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari penduduk Papua, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Dalam pandangan seorang Dosen Antropologi dari Universitas Papua (Unipa), Monika Maria Nauw, tradisi makan pinang ini mengakar kuat dalam budaya dan identitas orang Papua.
Nauw menjelaskan bahwa tradisi makan pinang di Papua bermula dari jejak perjalanan migrasi orang Austronesia yang membawa kebudayaan Lapita ke wilayah tersebut. Kebudayaan Lapita, yang berkembang sekitar 1600 SM hingga 500 SM di Kepulauan Pasifik, membawa berbagai aspek kehidupan seperti makan pinang, pembuatan tembikar, perahu bercadik, dan rumah panggung.
Karl Muller, dalam bukunya tahun 2000, mencatat bahwa kebudayaan Lapita pertama kali mendarat di wilayah Mamta, yang sekarang dikenal sebagai Wilayah Adat Tabi. Wilayah ini mencakup Kota Jayapura (Port Numbay), Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Memberamo Raya, dan Kabupaten Keroom. Sedangkan sebagian kecil budaya Lapita juga tersebar di Wilayah Adat Saereri yang mencakup Biak Numfor, Supiori, Yapen, Waropen, dan sebagian pantai Nabire.
Menurut Nauw, budaya makan pinang orang Papua berkembang dari komunitas pesisir. Dari perspektif antropologi, penelusuran ini didasarkan pada adanya bahasa lokal yang menggunakan istilah khusus untuk pohon pinang, seperti ‘ropum’ dalam bahasa Biak.
Awalnya, masyarakat di wilayah pegunungan Papua tidak mengenal tradisi makan pinang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, budaya makan pinang menyebar dari masyarakat pesisir ke masyarakat di pegunungan. Baru pada tahun 1970-an, masyarakat di wilayah pegunungan mulai mengenal dan mengadopsi kebiasaan makan pinang dari komunitas pesisir.
Tradisi makan pinang tidak hanya berfungsi sebagai makanan camilan, tetapi juga memiliki peran penting dalam seremoni adat, seperti pengantaran mas kawin dan perayaan ulang tahun. Selain itu, makan pinang juga menjadi sarana mempererat ikatan sosial dan silaturahmi antara orang Papua.
Budaya makan pinang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan warisan budaya orang Papua. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan kekayaan budaya Papua, tetapi juga menjadi simbol penting dalam mempererat hubungan antarwarga Papua serta menjaga warisan budaya yang bernilai tinggi.
Demikianlah berita mengenai tradisi makan pinang di Tanah Papua, yang tidak hanya menjadi kebiasaan sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian integral dalam mempertahankan identitas dan kekayaan budaya orang Papua.
(agengrdyndr)