Mendapat Dukungan dari Sesepuh NU Papua, BTM Silaturahmi Bersama Kiyai Nursalim

0
39

Keerom, Malanesianews, – Sebuah peristiwa sarat makna berlangsung di tanah sejuk Keerom, Papua. Dalam suasana yang jauh dari sorotan media namun kaya akan pesan moral, Benhur Tomi Mano (BTM) menerima kopiah warisan dari mendiang Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Penyerahan kopiah tersebut dilakukan oleh KH. Nursalim Arrozy, tokoh senior Nahdlatul Ulama Papua dan Ketua Forum Silaturahmi Muballigh Indonesia Provinsi Papua. Momen tersebut menjadi penegasan bahwa BTM bukan hanya pemimpin politik, melainkan penjaga nilai-nilai kebhinekaan dan perdamaian.

Kopiah yang dulunya sering dikenakan Gus Dur bukan sekadar benda. Ia menyimpan jejak perjuangan, pemikiran besar, dan semangat pluralisme. Diberikannya kopiah itu kepada BTM menjadi penanda kepercayaan moral dan spiritual bahwa sosok ini memiliki komitmen untuk menjaga kerukunan umat beragama di Papua. Di mata KH. Nursalim, BTM bukan hanya mengerti birokrasi, tetapi juga memahami hati nurani rakyat yang majemuk.

Di tengah suasana politik yang mulai menghangat, BTM justru menjadi sasaran isu-isu agama yang sengaja dimainkan untuk merusak citranya. Tindakan itu dinilai sebagai bentuk manipulasi yang tidak etis dan merendahkan kecerdasan umat. Padahal, rekam jejak BTM selama memimpin menunjukkan keberpihakannya pada semua umat beragama tanpa membeda-bedakan. Ia menjaga rumah ibadah, hadir dalam perayaan hari besar keagamaan, serta mendukung lembaga-lembaga keagamaan dengan kebijakan nyata.

Penyerahan kopiah dari Gus Dur itu seolah menjadi jawaban atas segala tuduhan sektarian yang ditujukan padanya. Ia bukan hanya simbol dari Islam yang inklusif dan damai, tetapi juga lambang harapan agar Papua terus dijaga oleh pemimpin yang mengedepankan kemanusiaan dan persatuan. Dengan kopiah itu di kepalanya, BTM tak sekadar membawa misi politik, tetapi mengemban amanah untuk terus menyuarakan nilai-nilai kebangsaan dan kemajemukan.

Papua hari ini membutuhkan pemimpin yang menyatukan, bukan memecah belah. Dalam konteks itulah BTM tampil sebagai sosok yang menjaga api toleransi tetap menyala. Seperti pesan Gus Dur, “Kita belum tentu satu agama, tapi kita semua bersaudara.” Kalimat itu kini hidup dalam tindakan nyata seorang Benhur Tomi Mano, yang menolak politik identitas dan memilih merawat kasih di atas tanah yang kaya akan perbedaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini