Wamena, Malanesianews, – Charles Tetjuari, lulusan Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, telah memenangkan Kompetisi Desain Logo Papua Pegunungan. Pemenang diumumkan di Kantor Gubernur Papua Pegunungan di Wamena pada hari Jumat (5/5/2023). Kompetisi ini sengit, dengan 240 peserta yang bersaing berdasarkan keaslian logo dan filosofi elemennya.
Charles, yang lahir dan besar di Sinakma, atau Kompleks Busselek, bangga dengan prestasinya yang telah diawasi oleh panitia. Hanya ada 10% penyempurnaan dari desain asli, sehingga tidak ada perubahan yang signifikan dari logo asli. Charles, yang bersemangat dalam desain grafis, telah menghasilkan banyak karya dan memenangkan kompetisi desain logo untuk organisasi dan gereja.
Ia percaya bahwa desain lahir dari proses interpretasi karakter dan filosofi suatu logo, dan selalu akan ada pandangan yang berbeda tentang hasilnya. Namun, ia menekankan bahwa kritik terhadap karyanya harus didasarkan pada pemahaman dan interpretasi filosofi yang tertanam dalam logo. Setiap kritik harus memberikan masukan kepada pemerintah Papua Pegunungan untuk membuatnya lebih baik.
Charles mengajak sesama penduduk asli Papua Pegunungan untuk mengeluarkan potensi mereka dan membantu membangun wilayah Lapago. Ia berterima kasih kepada pemerintah Papua Pegunungan atas kesempatan yang diberikan kepada para pemuda untuk mewujudkan keterampilan desain grafis mereka dan memuji keluarga, istri, teman, dan Golden Gate Ministry atas dukungannya.
Logo, yang dirancang oleh Charles, mewakili budaya dan tradisi wilayah Lapago. Lima sisi logo melambangkan dasar ketahanan wilayah, yang didasarkan pada lima prinsip Pancasila dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Gunung bersalju dan lembah melambangkan sumber daya alam yang melimpah yang diberikan oleh Tuhan kepada orang Lapago di Papua Pegunungan. Sungai memberi kehidupan dan kesuburan kepada orang Lapago, dan juga menyimpan biota air yang luar biasa. Beras dan kapas melambangkan kemakmuran. 25 butir beras melambangkan tanggal berdirinya Papua Pegunungan, sementara 7 kapas melambangkan bulan berdirinya. Pita merah putih yang mengikat beras dan kapas melambangkan delapan distrik di dalam Papua Pegunungan.
Honai atau Pilamo, rumah tradisional orang Lapago di Papua Pegunungan, melambangkan kepribadian, martabat, dan kebanggaan mereka. Itu juga melambangkan persatuan tujuan dalam memecahkan masalah kehidupan dan dianggap sebagai perpustakaan elemen budaya Lapago. Noken, tas tradisional Papua, melambangkan tempat tidur terbaik anak-anak Lapago, menikmati kebahagiaan, tawa, dan sukacita. Noken juga melambangkan kelangsungan hidup dan peran wanita Lapago dalam pembangunan di Provinsi Papua Pegunungan. Kayu pengintai bermanfaat untuk melakukan pengintaian terhadap musuh ketika perang suku berlangsung.
Menurut Charles, di wilayah Provinsi Papua Pegunungan akan lahir pemimpin-pemimpin yang memiliki visi masa depan yang besar dan mampu melihat kesulitan-kesulitan pada 8 kabupaten dan menjadi solusi bagi rakyatnya, menunjukkan keperkasaan pemimpin yang berjiwa besar dan melindungi.
Sedangkan filosofi dari warna logo Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan adalah warna kuning yang digunakan pada nama Provinsi Papua Pegunungan diartikan sebagai optimis, semangat, dan rasa bahagia membangun daerah dengan keadilan dan kecintaan terhadap bangsa dan tanah air.
Warna biru muda/biru langit, warna biru dipakai sebagai warna dasar yang merupakan ciri khas cakrawala yang cerah dan memiliki harapan, kepercayaan, loyalitas, tanggungjawab dan keamanan.
Warna hijau yang dipakai pada Provinsi Papua Pegunungan ini identik dengan alam yang asli dan segar, sehingga warna hijau memiliki makna pertumbuhan, kesuburan dan keindahan alam yang berada di Pegunungan Papua.
Warna coklat secara umum memberi kesan yang elegan dan anggun, sehingga dipakai pada honai dan noken, tapi warna coklat secara sifat adalah ramah dan mudah didekati sama hal juga dengan cara hidup masyarakat di Pegunungan, yang memiliki sifat ramah dan mudah diajak bergaul.
(agengrdyndr)