Jakarta,Malanesianews,- Banjir yang melanda Jakarta, dua hari lalu menyisakan beberapa pertanyaan yang harus dijawab bersama-sama, bukan menjadi sebuah kesalahan pemerintah DKI Jakarta saja. Hujan yang mengguyur Jakarta selama lebih dari satu hari dengan intensitas 377 milimeter perhari, jelas bukanlah ukuran hujan biasa yang berukuran antara 259 milimeter per harinya.
“Saya melihat adanya dilema, pada saat terjadi musibah seperti ini, publik seakan-akan menyalahkan Pemerintah Propinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab. Saya berharap, publik mendukung Gubernur Anies untuk menyekesaikan permasalahan ini. Tidak adil rasanya, apabila tanggung jawab ini dibebankan kepada satu orang saja, ini musibah, bukan sebuah harapan dari orang per orang”, kata Ketua Umum Gerakan Maritim Jokowi- KH.Ma’ruf Amin (Gemar Jokowi-KMA) Jakarta 03/01/20
Bahar sapaan akrab Baharudin Farawowan angka intensitas turun hujan kemarin paling tinggi sejak tahun 2007 yang terukur hanya pada 340 milimeter per harinya.
Belum lagi ditambah dengan perkiraan perubahan iklim yang kita sebut dengan monsoon Indonesia, sebuah perubahan iklim , termasuk angin di daerah Samudera Hindia yang dapat merubah bobot dan intensitas air hujan, jadi ini musibah, bukan kecerobohan.
“Jadi, menengok kembali alasan utama Presiden Jokowi untuk memindahkan ibukota karena kerentanan Jakarta terhadap banjir, adalah hal yang wajar, sehingga, banjir adalah hal khusus yang memang harus dicarikan jalan keluar bersama-sama, mengingat Jakarta terletak pada posisi di bawah permukaan laut, sekitar 40% daratan Jakarta ada di area tersebut, sehingga pembangunan akses pembuangan air semakin sulit dengan bertambahnya pemukiman, permasalahn pengelolaan sampah, dan aliran sungai”, lanjut Bahar.
Mari kita dukung Gubernur Anies dengan mencari solusi bersama, kita bersama-sama juga harus memberikan input, pendapat-pendapat para ahli, dengan solusi lingkungan yang ‘bersahabat’, agar musibah ini dapat teratasi dengan baik” tutup Farawowan.