Di Gaji Tinggi Dengan Uang Rakyat, Kinerja Stafsus Jokowi di Pertanyakan

0
763

Jakarta, Malanesianews, – Masuk dalam periode kedua Jokowi mempimpin negara ini yang harusnya berjalan tanpa beban justru jadi awal pahit baginya karena mempekerjakan orang yang salah. Beberapa kementrian membuat Jokowi sukses jadi bulan-bulanan. Mulai dari menteri yang fokus jual bibit lobster, jual pamor di depan kelompok ekstrimis hingga sibuk mengurusi situs porno. Kini, beban tambahan saat satfsus yang dibanggakan ternyata makan gaji buta!

Kekesalan yang kita rasakan hingga sampai pada politisi senior, Adian Napitupulu. Ini artinya stafsus milenial benar-benar tak ada gunanya. Saat Jokowi disalahkan sana-sini. Mereka cuci tangan agar baju putihnya tak ikut kecipratan lumpur. Mereka ini sebaiknya dirumahkan terlebih dahulu.

Seperti dilansir jpnn.com, Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu menyatakan, sampai saat ini masih menunggu sejauh mana gebrakan para staf khusus Presiden Joko Widodo, terutama tujuh orang yang berusia milenial.

Adian menyatakan pandangannya, karena sejak diperkenalkan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/9) lalu, belum terlihat ada gebrakan yang luar biasa.

“Saya sedang menunggu apa yang sedang dikerjakan oleh stafsus milenial ini. Maksudnya, bidang mereka apa dan segala macam belum kelihatan,” ujar Adian pada program ‘Ngomongin Politik’ (Ngompol) yang tayang di JPNN.com.

Menurut anggota Komisi I DPR ini, para stafsus milenial harus menunjukkan kepada publik, mereka bukan pajangan semata. Caranya, bekerja lebih giat dibanding presiden.

“Kalau mereka tidak berbuat apa-apa, ya saya setuju. Makanya, supaya tidak dibilang pajangan mereka harus berbuat sesuatu. Saya kira ada banyak cara bos,” ucapnya.

Pentolan aktivis’98 ini lebih lanjut mengatakan, para stafsus milenial mungkin lahir dan besar dalam iklim yang berbeda dengan yang dialaminya. Meski demikian, para stafsus milenial dinilai tetap harus memahami dengan baik persoalan yang dihadapi bangsa ini.

“Jadi, mereka harus bersentuhan langsung, tidak lagi dengan buku tetapi dengan realita kehidupan. Kalau misalnya diskusi, lu mau diskusi tentang persoalan tanah, ya panggil korban-korban konflik agraria, diskusikan, buat perbandingan, buat tabulasi,” ucapnya.

Adian juga berharap para stafsus milenial turun langsung ke tengah-tengah masyarakat, seperti yang dilakukan Jokowi selama ini. Tujuannya, untuk menyerap langsung aspirasi masyarakat.

“Gue berharap begitu, kalau perlu mereka turun ke bawah, kerja. Mereka harus lebih banyak turun daripada Jokowi, namanya juga staf. Masa majikan harus kerja lebih giat dari pembantu,” pungkas Adian.

Selama ini di jagat maya justru para pegiat media sosial yang banyak membela mati-matian Jokowi. Seperti ikut mengcounter soal revisi RUU KPK, mengcounter fitnah Jokowi ikut makan dana Jiwasraya hingga mengcounter isu-isu intoleransi, serangan media tempo dan ILC.

Kalau narasi di jagat maya lebih bersuara, sebaiknya Jokowi mengganti stafsus menjadi tim media. Tak perlu takut dikatai pelihara buzzer karena kalau ada arahan pasti bisa menggunakan pilihan bahasa yang sopan. Pengguna twitter yang berani mengungkap kasus korupsi dan kedzaliman mantan penguasa. Mereka ini lebih bernilai ketimbang stafsus pemakan gaji buta.

Tapi kalau Jokowi ingin menghadirkan staf milenial secara nyata, tak perlu ada slogan-slogan milenial. Rasanya seorang Adian lebih baik menjadi bumper Jokowi ketimbang ketujuh orang yang kini entah hidup di mana. Setelah dilantik sosok mereka seakan hilang ditelan bumi. Masyarakat malah lebih dibuat melek dengan sosok Permadi Arya, Dewi Tanjung, Rudi Valinka, Eko Kuntadhi dan lainnya. Kalau sudah begitu, apa gunanya menggaji stafsus presiden. Sudah saatnya presiden merevolusi pilihannya. Kalau mereka tak bisa berubah, tak perlu lagi slogan milenial tapi minus kerja nyata.

Seharusnya para stafsus presiden sadar diri kalau mereka tak cocok di pemerintahan. Mereka segera kirim surat pengunduran diri saja ketimbang makan gaji buta. Meski di masyarakat ada slogan “beri aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia”, nyatanya tidak dengan pemuda pemudi di staf khusus kepresidenan. Jangankan 10, mau 100 atau 1000 orang seperti mereka, kalau hanya jalan di tempat maka yang diguncang adalah Jokowinya.

Kasihan sebenarnya dengan Jokowi yang menanggung beban berat karena ketidakbecusan bawahannya. Meski milenial ini matang pengalaman nyatanya belum ada aksi nyata. Semoga Jokowi bisa menemukan orang-orang seperti Erick dan Ahok untuk mengisi posisi staf khususnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini