Beranda Sosial Budaya Berlayar Hingga Menetap di Desa Ohoiren Maluku Pada Abad Ke 19, Tuan Farawowan Membawa Keramik Majapahit Dengan Stempel Cina

Berlayar Hingga Menetap di Desa Ohoiren Maluku Pada Abad Ke 19, Tuan Farawowan Membawa Keramik Majapahit Dengan Stempel Cina

0
Berlayar Hingga Menetap di Desa Ohoiren Maluku Pada Abad Ke 19, Tuan Farawowan Membawa Keramik Majapahit  Dengan Stempel Cina

Tual,Malanesianews,- KERAJAAN Majapahit memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan sejumlah kerajaan di luar Nusantara. Hubungan dagang dan politik yang dibangun seiring dengan derasnya arus perdagangan ke luar dan masuk Nusantara. Masifnya temuan artefak keramik buatan Tiongkok mengindikasikan kuatnya hubungan diplomasi antara negeri tirai bambu dan Wilwatikta.

Dari sejumlah kerajaan dan negara yang membangun hubungan luar negeri dengan Majapahit, dinasti Tiongkok seolah punya tempat tersendiri. Hubungan baik keduanya terbukti dengan kuatnya kerja sama yang dibangun. Khususnya, aspek perdagangan.

Menurut Bahar Farawowan Kakek leluhurnya yang berasal dari Majapahit Bali pada abad ke 19 membawa banyak sekali keramik dan diantaranya ada stempel Dewi Mak Co atau Putri Tian Shang Sheng Mu yang merupakan Dewi yang cukup terkenal di Indonesia karena dianggap sebagai Dewi pelindung para perantauan.

 

“ Di Kampung kami banyak sekali keramik yang di bawa kakek leluhur kami dengan motif era Kerajaan Majapahit Bali dengan stempel Dewi Mak Co misalkan keramik ikan yang kemudian menjadi benda yang di sakralkan dalam kehidupan kami di Kampung “ Ujar Bahar

Ia pun menjelaskan dalam literasi sejarah nusantara Dewi Mak Co yang ia pelajari bahwa Keramik Ikan dengan stempel Dewi Mak Co tersebut semacam benda pusaka di mana pada zaman itu di percaya kalau di bawah berlayar supaya dia memberkati keselamatan para nelayan dan penduduk pantai dari bahaya laut.

Menurut Wikipedia Indonesia Tian Shang Sheng Mu atau dikenal pula dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co hidup pada zaman Dinasti Ming (1368-1644 M), hingga Dinasti Qing (1644-1912 M) .

Karena hidupnya yang sederhana dan gemar berbuat kebaikan, masyarakat memanggilnya Lin San Ren (Lin orang yang baik). Dia dikenal sebagai Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung etnis China di wilayah Selatan dan imigran di Asia Tenggara.

Kultus Tian Shang Sheng Mu terutama berkembang pada wilayah pesisir pantai dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan. (MCS)

Artikulli paraprak Perempuan Kota Jayapura Menunjukkan Dedikasi dalam Merumuskan Program Pembangunan
Artikulli tjetër Mantan Gubernur Papua, Barnabas Suebu Serukan Masyarakat Jangan Pilih Pemimpin yang Tak Paham Isu Lingkungan
Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat menandai bahwa kehidupan sosial sejatinya dinamis. Kita sebagai individu senantiasa mengalami perubahan baik secara fisik maupun intelektualitas. Begitu pula dengan kumpulan individu beserta pola interaksinya yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat selalu menginginkan perkembangan kehidupan ke arah yang lebih baik, seperti halnya Masyarakat adat di Kepulauan Kei Provinsi Maluku yang hidup dalam satu Ikatan Hukum Adat yaitu Hukum Larvul Ngabal. Namun demikian Masyarakat adat di Kepulauan Kei Provinsi Maluku masih di hadapkan dengan masalah-masalah mendasar seperti Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi ,Sosial Budaya dan kesejahteraan umum lainnya Untuk mengangkat dan memperjuangkan hak-hak dasar di atas maka Saudara Baharudin Farawowan memprakarsai pembentukan Lembaga Sosial Kemasyrakatan , Wadah yang di beri nama YAYASAN LENTERA EVAV atau yang di singkat YANTE. Yayasan Lentera Evav (YANTE) kemudian di daftarkan pada Notaris dan PPAT Hengki Tengko,SH tanggal 4 Desember 2009 di Langgur Kabupaten Maluku Tenggara dengan Pendiri Herlinda dan Baharudin Farawowan di percayakan menjadi Ketua YANTE.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini