Beranda Sosial Budaya Sekolah Jauh di Mata, Dekat di Hati: Potret Pendidikan Anak Nelayan di Timur Indonesia

Sekolah Jauh di Mata, Dekat di Hati: Potret Pendidikan Anak Nelayan di Timur Indonesia

0
Sekolah Jauh di Mata, Dekat di Hati: Potret Pendidikan Anak Nelayan di Timur Indonesia

Jakarta, Malanesianews, – Anak-anak nelayan di wilayah timur Indonesia, seperti di Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, masih menghadapi tantangan besar dalam mengakses pendidikan yang layak. Minimnya fasilitas sekolah, keterbatasan guru, serta kondisi geografis yang sulit dijangkau menjadi kendala utama dalam pemerataan pendidikan.

Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, angka putus sekolah di daerah pesisir timur tercatat lebih tinggi dibandingkan wilayah barat Indonesia. Banyak anak terpaksa membantu orang tua melaut demi mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, terutama di musim paceklik ikan.

Pemerintah daerah bersama sejumlah LSM kini tengah berupaya mengatasi persoalan ini melalui pembangunan sekolah berbasis komunitas, pelatihan guru lokal, serta program beasiswa afirmatif bagi anak nelayan. Di beberapa wilayah, seperti Kepulauan Aru dan Tanimbar, program sekolah terapung dan kelas jarak jauh mulai diuji coba untuk menjangkau anak-anak di pulau-pulau kecil. Harapannya, generasi muda pesisir timur dapat memperoleh kesempatan belajar yang setara dengan daerah lainnya di Indonesia.

Artikulli paraprak KPU Kota Jayapura Ganti Sejumlah Anggota PPD, Picu Pertanyaan Publik
Artikulli tjetër Dari Pesisir ke Sekolah, Aksi Hijau Warnai Hari Bumi
Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat menandai bahwa kehidupan sosial sejatinya dinamis. Kita sebagai individu senantiasa mengalami perubahan baik secara fisik maupun intelektualitas. Begitu pula dengan kumpulan individu beserta pola interaksinya yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat selalu menginginkan perkembangan kehidupan ke arah yang lebih baik, seperti halnya Masyarakat adat di Kepulauan Kei Provinsi Maluku yang hidup dalam satu Ikatan Hukum Adat yaitu Hukum Larvul Ngabal. Namun demikian Masyarakat adat di Kepulauan Kei Provinsi Maluku masih di hadapkan dengan masalah-masalah mendasar seperti Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi ,Sosial Budaya dan kesejahteraan umum lainnya Untuk mengangkat dan memperjuangkan hak-hak dasar di atas maka Saudara Baharudin Farawowan memprakarsai pembentukan Lembaga Sosial Kemasyrakatan , Wadah yang di beri nama YAYASAN LENTERA EVAV atau yang di singkat YANTE. Yayasan Lentera Evav (YANTE) kemudian di daftarkan pada Notaris dan PPAT Hengki Tengko,SH tanggal 4 Desember 2009 di Langgur Kabupaten Maluku Tenggara dengan Pendiri Herlinda dan Baharudin Farawowan di percayakan menjadi Ketua YANTE.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini