Bali, Malanesia News, – Pemerintah terus mengejar target Pemerataan Pembangunan secara merata dan hal tersebut sejalan dengan Program Indonesia Sentris yaitu membangun Indonesia dari Pinggiran Utamanya di Papua.
Staf khusus Wakil Presiden Masykuri Abdillah menyatakan kebijakan-kebijakan pemerintah di era Reformasi sudah jauh lebih baik dibandingkan era Orde Baru. Menurut dia, saat Orde Baru pendekatan dilakukan menggunakan pendekatan keamanan sedangkan saat ini memakai pendekatan keamanan dan kultural humanistic.
“Pemerintah Indonesia telah menyusun quick wins yang bersifat terobosan dan terfokus agar pembangunan benar-benar dapat berlangsung cepat dan dirasa oleh Orang Asli Papua (OAP),” ucap Staf Khusus Wakil Presiden
Tidak hanya itu, pemerintah juga berusaha melaksanakan strategi percepatan pembangunan dengan lima kerangka yaitu, SDM unggul, inovatif, berkarakter dan kontekstual Papua. Transformasi ekonomi berbasis wilayah adat dari hulu ke hilir. Insfrastruktur dasar dan ekonomi.
Selanjutnya Staf Khusus Abdillah mengatakan bahwa Tokoh Agama setempat mempunyai pengaruh yang cukup kuat dalam mendorong pembangunan dan kesejahteraan di tanah Papua yang dilakukan oleh Pemerintah atau LSM
“Tokoh agama di Papua sangat memiliki peran dalam mendorong pembangunan dengan menyadari peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui program-program baik di pelatihan kerja sama BLK dan training guru baik dilakukan oleh Pemerintah maupun LSM-LSM lokal di Papua,” katanya.
Dia mengakui, selama 20 tahun Otsus hasil pembangunan di Papua dan Papua Barat belum sepenuhnya mencapai target. Melihat data BPS 2020 Papua dan Papua Barat masih memiliki angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masih pada peringkat rendah.
Ketua Pemuda Trikora, Ali Kabiay berpendapat bahwa dengan intensitas kunjungan yang dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo ke Papua menunjukan kecintaan Pemerintah Indonesia terhadap tanah Papua selain wilayah timur lainnya seperti IKN, Sulawesi, dan Maluku. Menurut Beliau, Keberhasilan kemajuan di Papua dapat menjadi tolak ukur keberhasilan dari Program Indonesia Sentris itu sendiri.
Selanjutnya, Ketua Kabiay menggatakan bahwa terdapat adanya hambatan – hambatan dari Aksi Anarkis oleh Kelompok Bersenjata (KKB) yang mengakibatkan Pembangunan dalam mencapai Program Indonesia Sentris menjadi terhambat
”Aksi anarkis Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) seperti membakar rumah sakit dan pasar sangat menghambat pembangunan di Papua, baik secara ekonomi maupun Sumber Daya Manusia (SDM). Termasuk juga menghancurkan pembangunan yang sudah dijalankan oleh Pemerintah Indonesia,” ucapnya.
“Ingat, merdeka bukan jaminan kesejahteraan, itu omong kosong, lihat Timor Leste. Yang ingin merdeka itu pihak asing bukan orang asli Papua. Makanya, integrasi Papua dalam NKRI itu sudah jalan Tuhan, anugerah Tuhan,” katanya. (**)