
Jayapura, Malanesianews.com.- Toleransi dalam Nahdaltul Ulama (NU) sudah tidak di ragukan lagi, NU bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah agama, masalah kemasyarakatan, dan kebudayaan. Muara sikap toleransi ini adalah terciptanya kesepahaman antargolongan untuk saling memiliki semangat kebersamaan untuk menerima perbedaan di antara masyarakat yang plural atau majemuk.
Sikap toleransi tersebut juga diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti halnya Perayaan Natal tahun 20022 di kota Jayapura Provinsi Papua di mana sejumlah mahasiswa NU atau yang lebih di kenal dengan nama Pergerakan Mahasiwa Islam Indonesia (PMII) ikut melakukan pengamanan di Gereja saat ibadah Natal di gelar.
Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Mahfudz mengatakan dalam perayaan natal tahun ini pihaknya menginstruksikan kepada semua Pengurus Cabang PMII Se-Papua untuk memasang Spanduk ucapan natal serta terlibat dalam pengamanan Ibadah Natal di Gereja-Gereja yang bisa di jangkau.
” Kami Warga NU di Tanah Papua sadar bahwa dengan Toleransi menjadi perekat persaudaraan sesama anak bangsa , untuk itu semangat kemajemukan ini harus tetap terpelihara sebagaimana stigma Papua Tanah Damai” Ujar Mahfudz
Senada dengan Mahfud, Ketua PMII cabang Kota Jayapura, Agus Basar sandi ketika dijumpai mengatakan bahwa Natal adalah moment panggilan hati untuk turut berpartisipasi dalam pengamanan natal sebagai bentuk rasa toleransi sesama umat beragama yang senantiasa harus selalu terawat dan terjaga.
Rasa harus Umat Kristiani yang melihat aksi PMII sebagaimana di sampaikan salah seorang jemaat dengan nada ucapan terima kasih di tujukan kepada sahabat- sahabat PMII yang sedang berada di lingkungan Gereja saat Ibadah berlangsung.
” Perbedaan agama adalah anugrah terindah dari Tuhan,sehingga kita bisa saling menghormati dan cinta kasih” kata george Kaiba salah seorang jemaat gereja.
Sebagaimana kita ketahui Sikap Toleransi Warga NU sangat terasa saat masa kepemimpinan Presiden K.H.Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Pada masa itu Gus Dur menegaskan masyarakat Indonesia untuk memiliki sikap toleransi setinggi-tingginya. Dengan begitu, kehidupan berbangsa dan bernegara akan berjalan dengan indah dan damai.(MCS)